Budaya Industri itu sendiri menurut (Mangkunegara), merupakan perangkat asumsi atau sistem keyakinan, nilai, dan norma yang dikembangkan dalam suatu organisasi yang dapat dijadikan sebagai landasan tingkah laku anggota, untuk mengatasi masalah adaptasi eksternal maupun integrasi internal. Sementara itu menurut (Gering Supriyadi dan Tri Guno), Budaya Industri adalah ajaran yang didasari pada pandangan hidup sebagai nilai-nilai yang menjadi sifat, kebiasaan dan juga pendorong yang dibudayakan dalam suatu kelompok yang tercermin dalam sikap menjadi perilaku, cita-cita, pendapat, pandangan serta tindakan yang terwujud sebagai kerja. Tujuan dari Budaya Industri sendiri adalah untuk mengubah sikap dan juga perilaku sumber daya manusia agar dapat meningkatkan produktivitas kerja untuk menghadapi berbagai tantangan di masa yang akan datang. 
Pembentukan budaya kerja memerlukan proses yang panjang, dimulai dari karakter kerja individu yang baik yang menjadi kebiasaan dan akhirnya membentuk karakter kerja secara kolektif yang disebut budaya Industri. Oleh karena itu mempersiapkan budaya industri sejak siswa menempuh belajar di tingkat Sekolah Menengah Kejuruan perlu dilakukan melalui proses belajar yang harus dirancang agar menyerupai tempat kerja di dunia industri dan dunia usaha, baik peralatannya, sarana prasarana pendukungnya, keterampilan penggunaan alat kerja dan mesin produksi, maupun habit-nya. Dalam topik ini perlunya penerapan budaya industri pada siswa SMK alasanya begitu penting budaya industri bagi siswa agar lebih berkualitas, berkompeten, serta siap bekerja sesuai kebutuhan industri sebagai bekal ketika nantinya masuk di dunia kerja maupun berwirausaha serta melanjutkan studi. 
Penerapan budaya industri ini agar membiasakan siswa memiliki soft skill yang baik sehingga siswa SMK Negeri 1 Bukateja memilki budaya kerja yang sesuai dengan tuntutan Dunia Industri dan Dunia Kerja atau lebih dikenal IDUKA dan memiliki kemampuan beradaptasi yang cepat terhadap situasi kerja di IDUKA. Salah satu program budaya industri yang sudah diterapkan di SMK Negeri 1 Bukateja yaitu program budaya kerja 5R (Ringkas, Rapi, Resik, Rawat, Rajin). 
Yang prinsipnya (1) Ringkas adalah memisahkan segala sesuatu yang diperlukan dan menyingkirkan yang tidak diperlukan dari tempat kerja. Mengetahui benda mana yang tidak digunakan, mana yang akan disimpan, serta bagaimana cara menyimpannya supaya dapat mudah diakses terbukti sangat berguna bagi sekolah, (2) Rapi adalah menyimpan barang sesuai dengan tempatnya. Kerapian adalah hal mengenai sebagaimana cepat kita meletakkan barang dan mendapatkannya kembali pada saat diperlukan. Baru-baru ini Direktorat Jenderal Kekayaan Negara (DJKN) menggelar pra rakernas DJKN tahun 2021. Dalam salah satu kegiatan tersebut, Direktur Jenderal Kekayaan Negara,Rionald Silaban menyampaikan harapan akan banyaknya inovasi yang tercipta setelah dilaksanakan Rakernas tahun ini, dan juga menginginkan agar ide-ide yang dihasilkan merupakan ide-ide yang implementatif, terukur serta hasil yang disampaikan nantinya benar-benar research-based innovation. 
Hal ini sejalan dengan pernyataan Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati bahwa salah satu kunci untuk menjadi high income country ialah terus meningkatkan kualitas SDM, inovasi serta terus meningkatkan produktivitas. Inovasi juga menjadi hal penting bagi pemerintah untuk mencapai output dan outcome yang lebih optimal dan sebagai penggerak daya saing dan pertumbuhan ekonomi. amun dalam pembuatan inovasi sendiri masih banyak yang kesulitan untuk memulainya. Hal ini disebabkan karena kurang pahamnya langkah-langkah atau pendekatan dalam pembuatan inovasi. Sering kali kita ingin membuat inovasi namun sulit untuk memunculkan ide-ide baru atau kita punya ide namun sulit untuk merealisasikannya. Banyak juga pegawai yang sudah memulai inovasi namun tidak terarah dan tidak sesuai dengan target/hasil yang diharapkan sehingga terkadang membuat pegawai yang melakukan inovasi merasa ingin berhenti melakukan inovasi. 
Hal ini menjadi hambatan dalam menciptakan budaya inovasi yang baik, oleh sebab itu diperlukan suatu konsep pembuatan inovasi yang terstandar untuk dapat diterapkan secara maksimal. Salah satu konsep yang ada dan dapat diterapkan dalam pembuatan inovasi yaitu konsep Kaizen. Kaizen sendiri merupakn filosofi dan budaya yang berasal dari masyarakat Jepang berupa suatu cara berpikir untuk perbaikan dan kemajuan secara terus menerus dalam kehidupan seseorang, keluarga, masyarakat atau lingkungan pekerjaan. Kaizen dikenal juga dengan nama Continuous Improvement atau perbaikan/peningkatan yang dilakukan secara terus menerus. 
Banyak perusahaan di dunia telah berhasil menggunakan prinsip-prinsip kaizen untuk mendorong perbaikan di semua lini proses. Konsep kaizen atau Continuous Improvement juga sering diarahkan oleh pimpinan-pimpinan dalam organisasi. Namun demikian, dukungan legal terhadap perubahan secara terus menerus di lingkungan organisasi hendaknya diikuti dengan disusunnya pedoman standar pembuatan perubahan atau inovasi. Dengan adanya pedoman tersebut diharapkan terciptanya inovasi-inovasi yang terstandar dan berdasarkan research-based innovation. 
Dalam memaksimalkan penerapkan kaizen, perlu dipahami bahwa diperlukan sebuah pendekatan metode yang terstruktur dan sistematis agar tercipta sebuah improvement atau inovasi yang optimal. Metode yang dapat digunakan yaitu Plan, Do, Check, Action (PDCA). PDCA ini sebagai sarana menjamin terlaksananya kesinambungan dari kaizen, serta menerapkan standarisasi guna mencapai kestabilan proses dan berkaitan dengan pemeliharaan, sehingga memudahkan pembuat inovasi untuk membaca, memahami dan memantau progres inovasi tersebut dan juga memudahkan bagi orang awam atau tim analis untuk mempelajari proses pembuatan inovasi tersebut. PDCA sesuai dengan singkatannya memiliki 4 tahapan yang terdiri dari Plan (Rencana), Do (melakukan), Check (mengevaluasi), Action (tindak lanjut). Tahapan-tahapan tersebut menghasilkan suatu siklus tanpa akhir dengan hasil integral pada setiap siklus yang dilakuka. Siklus ini yang menjadi inti dari konsep kaizen yaitu continuous improvement. Pada masing-masing tahapan dapat dirinci kedalam beberapa aktivitas. Aktivitas- aktivitas tersebut dikenal dengan nama 8 langkah untuk perbaikan. Literasi P5 TO Navigasi